
Bias recency adalah bias kognitif ketika seseorang terlalu menitikberatkan dan sangat mengandalkan peristiwa atau data terbaru dalam membuat keputusan investasi maupun trading, sehingga mengabaikan tren jangka panjang dan pola historis. Di pasar cryptocurrency, bias ini sangat lazim dan berdampak besar karena pelaku pasar kerap mengambil keputusan investasi berdasarkan pergerakan harga terakhir atau berita terbaru, bukan dari sudut pandang historis yang lebih menyeluruh. Bias recency menyebabkan investor menjadi terlalu optimis saat pasar naik dan sangat pesimis saat pasar turun, sehingga memicu aksi beli atau jual yang tidak rasional.
Di pasar cryptocurrency, bias recency tampak jelas dalam beberapa karakteristik berikut:
Preferensi Memori Jangka Pendek: Investor lebih mengingat peristiwa pasar terbaru dan memberikan bobot prediksi yang berlebihan, misalnya mengira Bitcoin akan terus naik setelah tren penguatan jangka pendek.
Keputusan Berbasis Emosi: Peristiwa terbaru cenderung menimbulkan dampak emosional paling kuat, sehingga keputusan trading lebih banyak dipengaruhi fluktuasi emosi jangka pendek daripada analisa rasional.
Mengabaikan Data Historis: Bias recency mendorong trader mengesampingkan data jangka panjang yang bertentangan dengan tren terkini, terutama saat sentimen pasar sangat bullish atau bearish.
Penguatan oleh Efek Kelompok: Di media sosial dan komunitas kripto, bias recency semakin kuat akibat perilaku kolektif, sehingga menimbulkan ilusi konsensus pasar.
Bias recency umumnya paling nyata setelah peristiwa pasar besar, seperti pergerakan harga signifikan pada token utama, insiden keamanan di exchange besar, atau pengumuman kebijakan regulasi.
Bias recency memiliki dampak multi-level pada pasar cryptocurrency:
Peningkatan Volatilitas Pasar: Ketika banyak investor mengambil keputusan serupa secara bersamaan berdasarkan peristiwa terkini, volatilitas pasar meningkat tajam, sehingga terjadi aksi beli berlebihan atau panic selling.
Mispricing dan Gelembung Aset: Penekanan berlebih pada sinyal positif jangka pendek bisa memicu penilaian aset terlalu tinggi dan pembentukan gelembung lokal. Sebaliknya, reaksi berlebih terhadap peristiwa negatif jangka pendek bisa membuat proyek berkualitas menjadi undervalued.
Kegagalan Strategi Trading: Ketergantungan pada pola trading yang baru-baru ini sukses tanpa mempertimbangkan perubahan siklus pasar sering menyebabkan strategi tersebut gagal saat pasar berbalik arah.
Perilaku Buy High, Sell Low: Bias recency mendorong investor ritel masuk pasar setelah harga naik dan menjual panik setelah penurunan tajam, menghasilkan pola kerugian “buy high, sell low”.
Dengan memperkuat sentimen pasar terkini, bias recency sering menjadi pemicu utama emosi FOMO (Fear Of Missing Out) dan FUD (Fear, Uncertainty, and Doubt) di pasar kripto.
Partisipan pasar kripto yang menghadapi bias recency perlu mewaspadai risiko berikut:
Distorsi Keputusan Investasi: Ketergantungan berlebihan pada performa terbaru bisa menyebabkan portofolio tidak seimbang, melewatkan proyek bernilai jangka panjang, atau terlalu besar alokasi pada aset tren sesaat.
Distorsi Persepsi Risiko: Setelah periode stabilitas, investor bisa meremehkan risiko pasar; setelah volatilitas tinggi, mereka bisa terlalu menghindari risiko dan melewatkan peluang yang layak.
Inkonsistensi Strategi: Sering mengubah strategi akibat peristiwa terkini membuat arah investasi tidak konsisten, meningkatkan biaya transaksi, dan menurunkan hasil jangka panjang.
Bias Kognitif Ganda: Bias recency sering berpadu dengan confirmation bias, anchoring effect, serta bias kognitif lain, sehingga memperumit hambatan pengambilan keputusan.
Mengatasi bias recency membutuhkan kerangka pengambilan keputusan yang sistematis, menilai reaksi pasar jangka pendek dalam konteks historis yang lebih luas, serta menjaga kesadaran akan emosi dan proses keputusan diri sendiri.
Memahami dan mengatasi bias recency sangat penting di pasar cryptocurrency. Bias kognitif ini sangat memengaruhi kualitas keputusan investasi, khususnya di pasar yang sangat fluktuatif dan sarat informasi. Dengan mengenali kecenderungan menitikberatkan peristiwa terkini, investor dapat membangun perspektif pasar yang lebih seimbang, menghindari trading emosional, dan mengembangkan strategi investasi jangka panjang yang lebih terstruktur. Dalam industri yang kerap diwarnai fluktuasi sesaat dan noise pasar, mengatasi bias recency membantu pelaku pasar tetap tenang dan membuat keputusan investasi yang rasional.
Bagikan


