Bitcoin adalah peluang investasi asimetris yang sangat diremehkan—Pandangan investor senior Wall Street

Sumber: BlockMedia Judul Asli: “Bitcoin adalah taruhan yang paling salah harga… sangat diremehkan”–Jordi Visser Tautan Asli:

Analisis Bitcoin dari Veteran Wall Street 30 Tahun

Investor senior Jordi Visser dalam makalah terbaru yang ia bagikan, “Analisis Probabilitas Kemenangan Masa Depan”, berpendapat bahwa Bitcoin adalah “taruhan yang paling salah harga” dalam kariernya. Ia menerapkan teknik analisis probabilitas pacuan kuda yang dipelajarinya dari ayahnya ke Bitcoin, dan menyimpulkan bahwa pasar saat ini sangat meremehkan nilai Bitcoin.

“Probabilitas menang 3 banding 1, tapi pasar menilainya 100 banding 1”

Visser mendefinisikan inti investasi sebagai “mencari nilai”, bukan “memilih pemenang”. Ia telah pergi ke arena pacuan kuda bersama ayahnya sejak usia 5 tahun, dan belajar mencari perbedaan antara odds yang terbentuk di masyarakat dengan probabilitas kemenangan sesungguhnya.

Menurut analisisnya, probabilitas kemenangan Bitcoin sekitar 3 banding 1 (rasio risiko-imbalan sekitar 25-33%), namun para miliarder paling cerdas yang ia kenal justru menilainya 100 banding 1, bahkan menganggapnya tidak bernilai. Perbedaan besar ini menciptakan “peluang asimetris” yang sangat langka dalam karier profesionalnya. Seperti Charlie Munger yang menyamakan pasar saham sebagai sistem “bertaruh satu sama lain”, harga tidak ditentukan oleh nilai intrinsik, tetapi oleh arus modal. Saat ini, porsi modal yang dialokasikan ke Bitcoin sangat kecil dibandingkan dengan aset tradisional.

“Orang kaya tidak suka Bitcoin… inilah letak kesempatannya”

Visser mengutip filosofi dua maestro makroekonomi, Stan Druckenmiller dan Paul Tudor Jones: “Penempatan posisi lebih penting daripada fundamental.”

Ia menyoroti bahwa menyebut Bitcoin saat jamuan makan malam Wall Street sama sensitifnya dengan membahas politik atau agama. Semakin tua, semakin lama pendidikan keuangan tradisional, dan semakin kaya seseorang, semakin kecil kemungkinan mereka memiliki Bitcoin atau bahkan menganggapnya penipuan.

Dari sudut pandang Druckenmiller, ini adalah situasi “ide bagus tapi posisi kosong”, yang justru merupakan saat investasi paling menarik. Fakta bahwa Bitcoin tidak ada dalam portofolio para pemegang modal besar dunia sendiri menandakan potensi pembelian besar-besaran di masa depan.

“Bitcoin adalah perdagangan paling murni di era AI”

Visser mendefinisikan ulang Bitcoin bukan sekadar emas digital, tapi aset di era AI yang memiliki “parit keyakinan”.

Menurut analisanya, seiring pesatnya perkembangan AI, “parit keunggulan kompetitif” perusahaan akan semakin cepat runtuh karena kode dan algoritma yang lebih baik dapat menghancurkan bisnis yang ada. Oleh sebab itu, investasi pada saham pertumbuhan tradisional akan semakin sulit.

Sebaliknya, Bitcoin adalah aset yang melampaui inovasi teknologi, diperkuat oleh “keyakinan sosial” dan “efek jaringan”. Ia menegaskan, seiring percepatan kemajuan AI dan meningkatnya laju inflasi, parit keyakinan Bitcoin akan semakin kuat.

“Jangan all-in… 3-5% adalah standar baru”

Visser menyarankan untuk tetap percaya diri namun jangan gegabah. Meski memiliki peluang 3 banding 1, tidak berarti harus bertaruh seluruh kekayaan. Ia menekankan pentingnya menyesuaikan porsi investasi sesuai usia, jangka waktu investasi, dan kewajiban keuangan.

Ia menyebutkan bahwa salah satu manajer aset terbesar dan bank utama kini mengalokasikan 3-5% portofolio mereka ke Bitcoin, yang kini menjadi standar baru. Seiring AI membuat prediksi arus kas masa depan semakin sulit, investor institusional tidak punya pilihan selain meningkatkan bobot Bitcoin sebagai “aset pertumbuhan”.

Visser menutup dengan menyatakan bahwa pada akhirnya masyarakat luas akan masuk, namun saat itu odds (harga) sudah sangat berbeda dari sekarang. Ini menegaskan bahwa investasi sejati adalah bertaruh ketika orang lain belum melihat peluangnya.